MANAJEMEN
KINERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI
Hamdi M*
Program Magister Teknik Sipil
Minat Manajemen Konstruksi
Fakultas Teknik - Universitas Brawijaya
Malang
1.
Pengertian
Kinerja Proyek
Kinerja
Proyek (Project Performance) merupakan bagaimana cara kerja
proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara
kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor
pelaksana. Soeharto mengemukakan suatu contoh dimana dapat terjadi bahwa dalam
laporan suatu kegiatan dalam proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal
sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan
melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka
dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan karena
kekurangan dana.
2.
Pengendalian
Pengendalian
menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip Soeharto (1999: 228) adalah usaha
yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan
standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber
daya digunakan efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup
proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap. Perencanaan
dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut
selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan,
meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran. Maka untuk dapat melakukan
pengendalian perlu adanya perencanaan. Menurut Santoso (1997), ada beberapa
perbedaan antara perencanaan dan pengendalian yaitu :
Perencanaan berkonsentrasi pada :
a. Penetapan
arah dan tujuan
b. Pengalokasian
sumber daya
c. Pengatisipasian
masalah
d.
Pemberian motivasi kepada partisipanuntuk
mencapai tujuan.
Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada :
a. Pengendalian
pekerjaan ke arah tujuan
b. Penggunaan
secara efektif sumber daya yang ada
c. Perbaikan/
koreksi masalah
d.
Pemberian imbalan pencapaian tujuan.
Pada prinsipnya setiap operasi pekerjaan selalu
diawali dengan membuat rencana, kemudian selama berlangsungnya pelaksanaan
harus diperhatikan upaya mengukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan
terhadap rencana semula. Pada Gambar dibawah
ini diberikan langkah-langkah operasional pengendalian :
Gambar 1.
Langkah-langkah Proses Pengendalian Kinerja
(Dipohusodo,1996:407)
Pada dasarnya upaya pengendalian merupakan proses
pengukuran, evaluasi dan membetulkan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi,
ada tiga unsur yang perlu dikendalikan dan diukur, yaitu : kemajuan (progress)
yang dicapai dibandingkan terhadap kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap
rencana anggaran, dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknis.
Menurut Dipohusodo (1996), proses pengendalian kinerja
dalam pelaksanaan proyek konstruksi secara umum terdiri dari 3 langkah pokok,
yaitu:
1)
Menetapkan
standar kinerja. Standar ini dapat berupa biaya yang dianggarkan dan jadwal.
2)
Mengukur kinerja
terhadap standar dengan jalan membandingkan antara performansi aktual dengan
standar performansi. Hasil pekerjaan dan pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan
dengan jadwal dan biaya yang telah direncanakan.
3)
Melakukan
tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang telah
ditetapkan.
3.
Faktor
Penghambat Proses Pengendalian Kinerja
Menurut Wulfram (2004), ada beberapa faktor yang menyebabkan
pengendalian kinerja menjadi tidak efektif, yaitu :
1) Definisi Proyek
Definisi proyek yang dimaksud adalah keadaan proyek
itu sendiri atau gambaran proyek yang dibuat perencana. Pada proyek dengan
ukuran dan kompleksitas yang amat besar, yang melibatkan banyak organisasi
ditambah lagi banyaknya kegiatan yang saling terkait, maka akan timbul masalah
kesulitan koordinasi dan komunikasi. Kesulitan yang sama bisa juga timbul
karena kerumitan pendefinisian struktur organisasi proyek yang dibuat perencana.
2) Faktor Tenaga Kerja
Pengawas atau inpektur yang kurang ahli dibidangnya
atau kurang berpengalaman dapat menyebabkan pengendalian proyek menjadi tidak
efektif dan kurang akurat.
3) Faktor Sistem Pengendalian
Penerapan sistem informasi dan pengawasan yang terlalu
formal dengan mengabaikan hubungan kemanusian akan timbul kekakuan dan
keterpaksaan. Oleh karena itu, perlu juga diterapkan cara-cara tertentu untuk
mendapatkan informasi secara tidak resmi misalnya ketika makan bersama, saling
mengunjungi, komunikasi lewat telepon, dan lain sebagainya.
4.
Faktor
Pendukung Proses Pengendalian Kinerja
Mutu suatu pengendalian kinerja tidak terlepas dari
mutu informasi yang diperoleh. Jika informasi yang diperoleh pengawas di
lapangan dapat mewakili kondisi yang sebenarnya maka solusi yang diambil akan
lebih mengena sasaran. Menurut Wulfram (2004), ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan agar pengendalian jinerja dan sistem informasi berlangsung dengan
baik, yaitu :
1)
Ketepatan Waktu
Keterlambatan pemantauan hanya akan menghasilkan
informasi yang tidak sesuai lagi dengan kondisi.
2)
Akses Antar
tingkat
Derajat kemudahan untuk akses dalam jalur pelaporan
performa sangat berpengaruh untuk menjaga efektifitas sistem pengendalian
kinerja. Jalur pelaporan dari tingkat paling atas hingga paling bawah harus
mudah dan jelas. Sehingga, seorang manajer dapat melacak dengan cepat bila
terdapat bagian yang memiliki performa jelek.
3)
Perbandingan Data
Terhadap Informasi
Data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan harus
mampu memberikan informasi secara proporsional. Jangan sampai terjadi jumlah
data yang didapat berjumlah ribuan bahkan ratusan ribu namun hanya memberikan
satu dua informasi. Sedangkan untuk
mengolah data tersebut membutukan tenaga dan waktu
yang tidak sedikit.
4)
Data dan
Informasi Yang Dapat Dipercaya
Masalah ini menyangkut kejujuran dan kedisiplinan
semua pihak yang terlibat dalam proyek. Semua perjanjian dan kesepakatan yang
telah dibuat seperti waktu pengiriman peralatan dan bahan, waktu pembayaran
harus benar-benar ditepati.
5)
Obyektifitas Data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan apa yang
terjadi di lapangan. Pemakaian asumsi, kira-kira atau pendapat pribadi tidak
boleh dimasukkan sebagai data hasil pengamatan.
5.
Pengendalian
Waktu dan Biaya Proyek Konstruksi
1)
Pengendalian Waktu
Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar
dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan
laporan progress harian/ mingguan/ bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan
waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan
waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap
periodenya.
2)
Pengendalian Biaya
Biaya-biaya konstruksi proyek perlu dikelompokkan agar
dalam analisa perhitungan earned value. Menurut Asiyanto (2005), Biaya
konstruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
kegiatan pengendalian.
Unsur utama dari biaya konstruksi adalah :
a. Biaya material
b. Biaya upah
c.
Biaya alat
Biaya-biaya lain memang ada, tetapi sifatnya minor
(tidak berarti).
Terjadinya biaya merupakan hasil perkalian dua faktor,
yaitu faktor kuantitas pekerjaan dan faktor harga satuan pekerjaan.
Untuk dapat mengendalikan semua unsur dan
faktor-faktornya dengan baik, perlu diketahui penyebab penyimpangan yang
mungkin terjadi, misalnya :
1)
Penyebab penyimpangan biaya material adalah
sebagai berikut :
Faktor Kuantitas
:
a.
Kesalahan dalam penerimaan material (kuantitas
dan mutu)
b.
Kerusakan
material yang sudah diterima
c.
Kehilangan material
d.
Pemborosan penggunaan material
e.
Penolakan dari konsultan terhadap material yang
sudah diterima
f.
Kesalahan pelakanaan sehingga pekerjaan harus
diulang.
Faktor Harga Satuan
:
a. Kelemahan
negoisasi dengan supplier
b.
Kelemahan pasal-pasal dalam surat pembelian
c.
Kekurangan alternatif sumber
d. Over
quality dari persyaratan yang ada.
2)
Penyebab penyimpangan biaya upah adalah sebagai
berikut :
Faktor Kuantitas :
a.
Kelebihan menghitung kuantitas pekerjaan yang
akan dibayar
b.
Kesalahan ukuran dalam pelaksanaan
c.
Kesalahan pelaksanaan sehingga memerlukan
pekerjaan ulang.
Fakor Harga Satuan :
a.
Kelemahan negoisasi dengan mandor borong
b.
Kelemahan pasal-pasal dalam surat perjanjian
pekerjaan.
c. Kekurangan alternatif sumber mandor borong
d. Over method.
3)
Penyebab penyimpangan biaya alat adalah sebagai
berikut :
Faktor Kuantitas
:
a.
Kesalahan
menghitung jam kerja alat atau kesalahan dalam menghitung barang yang habis
dipakai
b.
Kesalahan
kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh alat
c.
Pekerjaan ulang
yang dilaksankan oleh alat
Faktor Harga Satuan
:
a.
Kelemahan
negoisasi pembelian barang yang habis dipakai atau negoisasi harga sewa alat
b.
Kelemahan
pasal-pasal dalam perjanjian sewa alat
c.
Kesalahan memilih
jenis alat
d.
Kesalahan memilih
kombinasi alat
e.
Kesalahan
mengatur alat sehingga idle
6.
Kurva
“S”
Menurut Barrie (1995), bentuk kurva S berasal dari pemaduan kemajuan
setiap satuan waktu untuk mendapatkan kemajuan kumulatif yang digunakan dalam
pemantauan pekerjaan. Ukuran kemajuan dititikberatkan pada prestasi kerja dan
biaya. Sumbu X menunjukkan skala waktu, sedang pada sumbu Y merupakan skala
biaya atau prestasi kerja. Pada sebagian besar proyek, pengeluaran dari sumber
daya untuk setiap satuan waktu condong berjalan lambat, berkembang ke puncak,
kemudian berangsur-angsur berkurang bila mendekati ujunf akhir. Karena itulah
kemajuan sering tergambar seperti huruf S.
7.
Laporan Kemajuan
Tindakan yang dilakukan untuk menentukan kemajuan atau
status dari proyek adalah yang pertama kuantitas satuan kerja di lokasi
dapat diteliti secara fisik dan dibandingkan dengan apa yang diperlihatkan
dalam gambar. Kedua waktu yang berlangsung dapat dibandingkan dengan
lamanya kegiatan yang diperkirakan atau lamanya waktu proyek. Ketiga uang yang
diperjanjikan atau dikeluarkan dapat dibandingkan dengan anggaran yang
diperkirakan.
Menurut Barrie (1995), suatu ”Laporan Kemajuan
Bulanan” yang lengkap dapat menyampaikan informasi yang esensial. Isi dari
laporan adalah sebagai berikut :
1) Rangkuman Status Proyek
Item ini menyajikan suatu ringkasan menyeluruh yang
singkat mengenai status proyek. Ringkasan ini dapat mengandung suatu uraian
singkat mengenai status dari setiap tahap utama, memberikan informasi
kuantitatif seperti persentase yang telah diselesaikan sec`ra fisik yang
dibandingkan dengan penyelesaian yang direncanakan, dan meramalkan biaya
”penyelesaian sebenarnya” terhadap anggarannya.
2) Status Pengadaan
Item ini mempertimbangkan kontrak-kontrak yang telah
diluluskan selama perioda itu, kontrak-kontrak yang kini sedang dikeluarkan
untuk penawaran dan informasi penting lainnya. Suatu bagan-balok sederhana yang
memperlihatkan status pengadaan sebenarnya dan pelulusan kontrak yang
dibandingkan dengan rencana yang asli seringkali akan memberikan manfaat.
3) Status Konstruksi
Satuan dari Laporan Kemajuan ini harus memberikan
suatu uraian tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode itu,
pekerjaan penting yang harus dilaksanakan dalam perioda mendatang dan suatu
pembahasan tentang masalah-masalah utama, dengan pemecahan yang diusulkan.
Informasi secara kuantitatif akan lebih penting dari suatu pembahasan yang
bersifat umum saja.
4) Status Rencana
Item ini harus memuat ringkasan dari rencana-rencana
pengendalian menurut kontrak dan menurut fasilitas, xang memperlihatkan
kemajuan yang sebenarnya yang dibandingkan dengan rencana-rencana memulai-dini
dan memulai-lambat. Bila kontrak atau fasilitas ternyata menjadi terlambat dari
apa yang direncanakan ataupun tergeser, maka harus pula dicantumkan hal-hal
mengenai penjelasan tentang masalah itu dan pemecahan atau tindakan yang sedang
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
5) Rangkuman Laporan Biaya
Rangkuman ini harus memperlihatkan catatan biaya yang
sebenarnya, biaya yang diperjanjikan dan biaya untuk penyelesaian yang
diperkirakan. Ringkasan ini harus membandingkan biaya “penyelesaian sebenarnya”
dengan anggaran proyek serta mengidentifikasikan dan menjelaskan perubahan dari
laporan terdahulu. Juga harus dicantumkan suatu biaya yang sebelumnya tidak
terduga sehingga perkiraan menyeluruh dari biaya-biaya sampai penyelesaian
sebenarnya dapat pula diberikan.
8.
Metode Earned Value
Salah satu langkah pengendalian proyek, metode Earned
Value dilakukan dengan membandingkan nilai dari prestasi fisik yang telah
dikdrjakan nilai pekerjaan yang seharusnya sudah dikerjakan. Metode Earned
Value digunakan untuk meningkatkan efektifitas dalam mengendalikan kegiatan
proyek, karena tidak menganalisa aspek biaya dan jadwal secara terpisah. Metode
Earned Value memadukan unsur biaya, jadwal dan prestasi untuk mengukur
kinerja proyek.
Selain itu indikator yang ada dalam metode ini juga
dapat dikembangkan untuk membuat prakiraan mengenai keadaan proyek di masa
mendatang. Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah bahwa kecenderungan
yang terjadi pada saat pelaporan akan terus berlangsung. Adanya prakiraan yang
dapat dibuat akan sangat berguna untuk memikirkan rencana dan tindakan
pengendalian untuk menghadapi persoalan yang telah diprediksi di kemudian hari
agar sasaran proyek tercapai.
8.1 Indikator
Earned Valte
Ada 3 indikator yang ada pada metode Earned Value yang
dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pekerjaan proyek adalah sebagai berikut
:
1) AC
(Actual Cost)
Adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Biaya ini diperoleh dari data-data akuntansi dan keuangan proyek
pada tanggal pelaporan atau jumlah aktual dari pengeluaran dan dana yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
2) EV (Earned Value)
Indikator ini menunjukkan nilai hasil dari sudut
pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang telah
disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
3) PV
(Planned Value)
Angka ini menunjukkan anggaran untuk suatu paket
pekerjaan, tetapi disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan.
Gambar 2. Analisa Varians Terpadu
(Sumber : www.apm.org.uk)
8.2. Analisa Kinerja
1)
Analisa Varians Terpadu
Varians yang dihasilkan
meliputi varians biaya terpadu dan varians jadwal terpadu. Besarnya nilai
varians biaya terpadu (CV) dan varians jadwal terpadu (SV) dirumuskan sebagai
berikut:
a)
Varians Biaya (Cost Varians)
CV = EV – AC…………………..(1)
b)
Varians jadwal (Schedule Varians)
SV = EV – PV……………………(2)
Berbagai kombinasi antara varians jadwal dan varians
biaya yang dapat menggambarkan mengenai keadaan proyek pada saat pelaporan
dalam tabel 1.
Tabel 1. Varian Biaya dan Jadwal Terpadu
Sumber : Soeharto (2001 :273)
2)
Indeks Kinerja
Indeks kinerja, sebagaimana
yang diterangkan Soeharto (2001), digunakan pengelola proyek untuk mengetahui
efisiensi penggunaan sumber daya. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut:
a)
Indeks Kinerja Biaya (CPI)
CPI = EV / AC………………………….(3)
b)
Indeks
Kinerja Jadwal (SPI)
SPI
= EV / PV………………………..…(4)
3)
Angka indeks yang diperoleh akan memperlihatkan hal-hal sebagai
berikut:
a)
Angka indeks
kurang dari satu berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran atau waktu
pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan.
b)
Bila angka indeks
lebih dari satu maka kinerja penyelenggaraan proyek lebih baik dari
perencanaan, dalam arti pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau jadwal lebih
cepat dari rencana.
c)
Makin besar
perbedaan dari angka satu, berarti penyimpangan terhadap perencanaan dasar atau
anggaran juga makin besar. Angka yang terlalu tinggi menunjukkan kinerja
penyelenggaraan proyek yang sangat baik dibandingkan perencanaan. Maka perlu
diadakan pengkajian apakah mungkin perencanaannya atau anggarannya yang justru
tidak realistis.
8.3. Analisa Prakiraan Akhir Proyek
Selain dapat digunakan untuk menganalisa
kinerja proyek, metode Earned Value juga dapat digunakan untuk
memperkirakan biaya dan waktu penyelesaian proyek. Soehato (2001) menyatakan
bahwa prakiraan bukanlah angka pasti, karena hanya berupa asumsi bahwa
kecenderungan yang terjadi pada masa pelaporan tidak berubah sampai akhir
proyek. Akan tetapi, prakiraan tersebut dapat bermanfaat untuk memberikan
peringatan mengenai hal yang akan terjadi di masa datang. Sehingga apabila
diperlukan, perbaikan masih dapat dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak
diinginkan agar proyek berhasil diselesaikan.
1)
Prakiraan Biaya Total Proyek (EAC)
Prakiraan dilakukan dengan mengasumsikan bahwa
kecenderungan angka kinerja biaya yang terjadi pada saat pelaporan akan tetap
sampai akhir proyek. Sehingga biaya total proyek diperkirakan sebesar
pengeluaran aktual yang dikeluarkan sampai dengan saat pelaporan ditambahkan
biaya untuk pekerjaan tersisa (ETC). Prakiraan biaya total tersebut dinyatakan
dalam rumus :
EAC = AC +
ETC…………………………….(5)
Adapun besarnya biaya untuk
pekerjaan yang tersisa (ETC) menurut Soeharto (2001) diekstrapolasi dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a)
Pekerjaan sisa
memakan biaya sebesar anggaran
Asumsi bahwa sisa pekerjaan akan memakan biaya sesuai
dengan anggaran, tidak tergantung dari prestasi yang telah dicapai sampai
dengan saat pelaporan.
b)
Kinerja sama
besar sampai akhir proyek.
Analisa ini beranggapan angka kinerja pada saat
pelaporan akan tetap bertahan sampai akhir proyek.
c)
Campuran
Pendekatan yang dipakai menggabungkan kedua cara yang
sebelumnya telah dijelaskan:
a.
Bila penyelesaian
pekerjaan masih di bawah 50 %, maka sisa pekerjaan akan memakan biaya sesuai
dengan anggaran., tidak tergantung dari prestasi yang telah dicapai sampai saat
ini. Total biaya proyek (EAC) didapat dari menjumlahkan semua pengeluaran
sampai pada saat pelaporan (BAC) ditambah sejumlah biaya sesuai anggaran untuk
biaya tersisa (ETC), sehingga:
ETC
= (BAC – EV)………………(6)
b.
Bila penyelesaian
pekerjaan pada saat pelaporan sudah lebih dari 50%, maka prestasi yang dicapai
cukup realistis untuk menganalisa pekerjaan tersisa (ETC).
Dimana:
BAC = Basic of Budgeted Cost at Completion (
Biaya akhir yang dianggarkan)
ETC = Estimate to Complete (Biaya untuk Pekerjaan yang tersisa)
CPI = Cost Productivity Index (Indeks Kinerja
Biaya).
2)
Prakiraan Waktu Penyelesaian Proyek
Waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dalam proyek dapat diperkirakan dengan mengasumsikan bahwa
kecenderungan angka kinerja jadwal akan berlangsung tetap seperti saat
pelaporan sampai deng`n akhir proyek. Prakiraan waktu dengan dirumuskan sebagai
berikut :
Dimana:
TE = Time Estimated (Prakiraan Waktu Penyelesaian)
ATE = Actual Time Expended (Waktu yang telah ditempuh)
OD = Original Duration (Waktu yang direncanakan)
Adapun prakiraan biaya dan waktu akhir proyek tersebut
akan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar
3. Prakiraan
Akhir Proyek
(Sumber: www.maxwideman.com)
3)
Analisa Prakiraan Rencana terhadap Penyelesaian
Dikutip dari http://earnedvaluecompliance.net, “Indeks
prestasi penyelelesaian atau disebut the to complete performance index (TCPI)
adalah angka indeks kemungkinan dari sebuah prakiraan”. Indeks ini bisa
digunakan untuk menambah kepercayaan dalam pelaporan penilaian pada sisa
pekerjaan.
Sebuah prakiraan rencana yang mungkin terjadi jika
nilai TCPI sama dengan 1 (satu). TCPI kurang dari satu menunjukkan kenaikan
kinerja yang membuat statistik prakiraan rencana yang tidak mungkin. TCPI lebih
dari satu menunjukkan penurunan kinerja pada sisa pekerjaan.
SUMBER :
Dzakfar, Ludfi, 2012 : Project Measurement (Materi Kuliah Manajemen Kinerja Proyek Kelas Manajemen
Konstruksi), Malang : PMD Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Ervianto, I Wulfram, 2005 : Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi
revisi), Yogyakarta : Andi Press.
Hasyim, Hamzah, 2012 : Manajemen
Kinerja : Falsafah, Konsep & Aplikasinya (Materi Kuliah Manajemen Kinerja
Proyek M`najemen Konstruksi), Malang : PMD Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Soeharto, Imam. 1995 : Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Jakarta : Erlangga.
BERITA BAIK
BalasHapusPertama saya ingin mengatakan jika anda takut berjaya anda tidak akan berjaya walaupun peluangnya datang dengan murah dan percuma, semuanya bermula pada malam yang sejuk ketika di tempat tidur saya melalui internet hanya untuk letih sehingga saya dapat tidur setelah sekian lama hari di bank berusaha mendapatkan pinjaman dengan rumah saya dari bank HSBC di pekanbaru bagi mereka yang mungkin mengenali bank ini, saya mencuba dan setelah dokumentasi saya diberitahu untuk kembali dalam masa 30 hari yang bagi saya seperti selamanya jadi semasa di saya memikirkan kemungkinan tindakan seterusnya saya menemui kisah tertentu tentang bagaimana mendapatkan pinjaman dan pada kadar yang sangat rendah sebanyak 2% dengan nama syarikat sebagai syarikat pinjaman Rossa Stanley, saya tertanya-tanya adakah ia benar jadi saya menyiasat lebih jauh dan datang di sebilangan wanita tertentu bernama Nadia Sisworo yang memberi keterangan bagaimana dia mendapat pinjaman dengan perincian banknya semua dipaparkan sehingga saya menghantar e-mel dan kami bercakap, kami berbual dan dia meminta saya untuk menghubungi syarikat ibu rossa bahawa jika rumah saya itu asli dan identiti saya mungkin bernasib baik kerana mendapat pinjaman jadi saya menghantar e-mel kepada ibu Rossastanleyloancompany@gmail.com Whatsapp + 19145295708tentang keadaan saya dan borang pinjaman diberikan saya telah mengisi dan mengemukakan permintaan pinjaman sebanyak $ 150,000.00 dan selebihnya kepada Kemuliaan Allah saya mendapat pinjaman dari syarikat rossa ibu jadi orang tersayang jika anda memilikinya beban kewangan yang tulen atau ingin mengembangkan perniagaan anda jangan teragak-agak untuk berjumpa dengan ibu rossa untuk mendapatkan bantuan. Saya yakin $ 150,000.00 sudah cukup untuk meninggalkan kemiskinan dan bahagia selamanya seperti saya jika anda masih meragukan bayaran untuk menghubungi atau WhatsApp saya di +6282385590743 atau tulis saya di hadiemi64@gmail.com dan facebook di Hadi emi dan saya akan membuktikan kepada anda ibu itu nyata